Mitos dan Fakta pada Ibu yang telah Melahirkan (Masa Nifas)

Meski masyarakat sudah semakin modern dengan gaya hidup yang semakin berkembang sesuai peradaban jaman, tetapi masih banyak mitos- tentang ibu nifas yang sudah menjadi kepercayaan bagi sebagian besar masyarakat. Kebanyakan mitos yang berkembang malah berdampak buruk bagi kesehatan ibu pada saat pasca melahirkan. Untuk, itulah perlu diungkap beberapa fakta tentang mitos yang sudah salah kapprah berkembang di masyarakat.

Mitos : Mobilisasi dini bagi ibu nifas dalam masyarakat awam masih merupakan hal yang tidak biasa dilakukan oleh ibu dalam masa nifas sebab rasa takut akan terjadinya perdarahan dan lepasnya jahitan pada perineum ibu dan rasa sakit yang ditimbulkan.
Fakta : Ada banyak manfaat dari mobilisasi dini ini, yaitu ibu akan merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation, dengan bergerak maka otot-otot perut dan panggul akan kembali normal sehingga otot perutnya menjadi kuat kembali dan dapat mengurangi rasa sakit, sirkulasi darah menjadi normal dan lancar sehingga risiko terjadinya thrombosis dan tromboemboli dapat dihindarkan.

Mitos : Masyarakat Indonesia masih banyak yang mempercayai obat tradisional atau jamu daripada obat yang sudah melalui uji klinis.
Fakta : Jamu-jamuan sebaiknya tidak dikonsumsi oleh ibu nifas karena dapat menimbulkan efek yang buruk bahkan dapat membahayakan ibu nifas karena jamu yang beredar kebanyakan telah banyak diberi campuran zat lain bahkan zat yang justru berbahaya bagi ibu nifas.

Mitos : Di suatu daerah, minggu ke dua pasca melahirkan ibu pantang makan minum beberapa jenis makanan tertentu, biasanya berlansung selama lima bulan atau lebih. Misalnya pantang daging kerbau, daging bebek, dan semua jenis buah-buahan.
Fakta : Kebutuhan gizi pada masa nifas meningkat 25% dari kebutuhan biasa karena untuk proses kesembuhan sehabis melahirkan dan untuk memproduksi air susu yang cukup sehingga daging dan buah-buahan sangat dianjurkan bagi ibu untuk kebutuhan protein, mineral, serta vitamin.

Mitos : Selama minggu pertama ibu postpartum diurut oleh dukun beranak dengan menggunakan minyak kelapa pada daerah punggung serta bagian perut ibu yang dipercaya mempercepat penyembuhan.
Fakta : Justru dengan pemijatan akan berdampak buruk pada ibu karena mengganggu kontraksi uterus sehingga terjadi perdarahan, menyebabkan disposisi uterus atau ruptur, dan menyebabkan pemulihan (involusi) uterus terganggu.

Mitos : Paradigma masyarakat menganggap bahwa berkemih dan defekasi dapat menghambat proses penyembuhan luka setelah melahirkan.
Fakta : Kandung kemih harus dikosongkan setelah persalinan agar tidak mengganggu kontraksi uterus sehingga dapat mencegah terjadinya perdarahan. Sedangkan untuk defekasi, secara spontan memang biasanya tertunda selama 2-3 hari setelah ibu melahirkan dikarenakan tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan masa pospartum. Untuk itu perlu dilakukan diet teratur agar dapat memperlancar proses defekasi.

Mitos : Budaya masyarakat tertentu mensugesti para wanita untuk menggunakan stagen karena dipercaya dapat mengecilkan perut.
Fakta : Dari segi kesehatan tidak dianjurkan menggunakan stagen karena stagen tidak memberikan efek positif dalam mengecilkan atau mengencangkan perut karena sifatnya pasif.

Mitos : Masih banyak yang menganggap bahwa merawat bayi yang dipisahkan dari ibunya dianggap baik oleh sebagian besar orang.
Fakta : Berdasarkan penelitian, disebutkan bahwa memisahkan ibu dan bayi setelah proses persalinan bisa memperbesar timbulnya infeksi nosokomial pada bayi dan mengurangi kontak batin antara ibu dan bayinya.