Media Sosial Baik untuk anak muda?

Media Sosial Apakah baik untuk anak muda?

Medsos itu bahaya gak untuk anak muda?

Ini pertanyaan yang sebenarnya antara mudah atau sulit untuk dijawab. Agar jawaban ini “aman“, kita pindah ke sisi lain sebentar.

 

Coba jawab pertanyaan ini :

apa yang sebaiknya dilakukan oleh seorang manusia di usia muda (20-30 tahun)?

 

Ada yang menjawabnya seperti ini :

 

Di umur tersebut, dia sebaiknya belajar banyak hal.

Mendalami skill/ilmu.

Membangun assetnya.

Dia harus bekerja keras dan bekerja cerdas di usia muda nya ini, karena tubuh atau fisik masih kuat.

 

Pikirannya juga masih mudah menangkap, mudah untuk belajar hal baru. Karena kalau sudah tua otak lebih sulit buat belajar hal baru lagi.

Olahraga rutin, makan minum real food, menerima sinar matahari.

 

Jadi, dalam 1 hari, yang kita semua dibagi secara adil yakni masing-masing 24 jam, katakan tidur malam 7 jam, meditasi dan perenungan 1 jam.

16 jam sisanya dimanfaatkan seefisien, semaksimal, habis-habisan.

 

Supaya apa semua itu dilakukan?

Seperti kata pribahasa

 

Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian

Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.

 

Kerja keras diwaktu muda,

santai – malas malasan- bersenang senang di waktu kemudian.

 

“Pensiun” umur 40 tahun. Sisanya buat jalanin indahnya hidup ke seluruh dunia. Sudah finansial freedom, sudah selesai kebutuhan dasar, waktunya fokus kepada sang pencipta.

 

Sudah bisa dibayangkan kan?

 

Lalu apa yang media sosial berikan?

1. Waktu habis untuk scrool lupa waktu

2. Konten-konten yang terus merebut atensi

3. Kesenangan semu, status semu, semua serba semu.

 

Sudah paham kan?

Sekarang kalau ditanya, apakah medsos baik untuk mu wahai anak muda?

Jawabnya…..

Tergantung.

Iya, tergantung kamu menjadi apa disana.

 

Secara umum, orang-orang di media sosial menggunakannya untuk menjadi “produk” (tanpa mereka sadari).

Lah kok produk?

Begini, coba jawab pertanyaan ini.

 

Kamu pergi ke sebuah toko pakaian. Kamu dilayani sebagai customer, benar?

 

Customer adalah pihak yang?

Benar. Pihak yang bayar

 

Toko adalah pihak yang menjual barang/produk.

Produk adalah yang dijual si pemilik toko.

 

Paham kan ilustrasi sederhana tersebut?

 

Oke sekarang kita ke media sosial. Ga perlu sebut merek lah ya.

Siapa tokonya?

Ya sosmednya, flatform media sosialnya.

 

Siapa customer nya? 

Siapa pihak yang membayar?

Oh, tentu pengiklan. Kamu mau ngiklan di flatform tersebut, maka kamu adalah CUSTOMER nya medsos. Benar?

 

Oke, terus ketika kita membeli “iklan”, kepada siapa iklan tersebut disebarkan?

Ya benar, kepada “pengguna” media sosial.

 

Jadi apa produk yang dijual pihak medsos?

Ya, user nya, lebih tepatnya ATENSI PENGGUNANYA.

 

 

Mulai paham ya?

Jadi kalau kamu menggunakan media sosial, tanpa membayar….

Maka kamu sesungguhnya adalah produknya.

 

Oke, tapi kan ada juga orang, free user, dapat uang dari medsos?

Yap, itupun kalau kamu diposisi bukan market.

Tapi produsen.

 

Siapa yang jadi produsen di medsos?

Ya benar….! 

Konten kreator.

 

Jadi kalau kamu bukan konten kreator, bukan pengiklan, 

maka kamu adalah…..

PRODUK.

 

Sudah bangga jadi produk?

 

Selanjutnya baca : Edukasi Media Sosial